Harga diri bangsa dan film animasi Battle of Surabaya (BoS) saat ini tengah menjadi perbincangan hangat di antara netizen. Yap, film buatan anak negeri tersebut baru saja diluncurkan pada 20 Agustus 2015 di seluruh bioskop di Indonesia, dan kini menuai banyak kontroversi.
Segudang prestasi dan dukungan luar biasa dari banyak pihak tersebut tentu menjadi satu hal yang membanggakan. Jadi tak heran jika sepekan peluncurannya sudah mampu mengumpulkan puluhan ribu penonton.
Namun, beberapa hari belakangan film BoS sempat menuai protes publik. Baik dari segi isi film maupun strategi promosinya. Ada apakah gerangan?
Strategi Promosi Mengatasnamakan Harga Diri Bangsa
Seperti diketahui BoS diluncurkan dalam waktu yang hampir bersamaan dengan film ‘Inside Out’ produksi Pixar. Sepintas ini tampak mengagumkan karena film karya Indonesia bisa bersaing langsung dengan animasi garapan luar negeri.Namun, polemik mulai bergulir ketika MSV Pictures selaku rumah produksi BoS mengumandangkan semangat berlebih yang mengangkat persoalan harga diri bangsa. Mereka bermaksud mengajak masyarakat lebih memilih menonton BoS daripada Inside Out untuk menunjukkan persatuan bangsa.
Tapi sayangnya hal tersebut justru direspon negatif oleh netizen. Sebagian besar dari mereka menilai bahwa mencari dukungan tak perlu se-ekstrim itu, hingga menyebut-nyebut kata harga diri bangsa dan karya anak bangsa. Jika sebuah film memang berkualitas maka akan memiliki dan mendapatkan penontonnya sendiri.
“Sejak kapan harga diri bangsa hanya direpresentasikan dari cara menonton film buatan sendiri?” tulis seorang netizen. “Yakin demi harga diri bangsa atau untuk meningkatkan penjualan tiket.”
Selain itu, film BoS juga terganjal kritikan negatif pada skor rating di IMDb yakni 9.1 dari 10. Netizen menilai itu hanya selling point. Masyarakat yang memberikan skor tinggi kurang memahami maksud dari penilaian IMDb. Skor tersebut bukan hanya tentang tentang kuantitas tapi lebih menjabarkan kualitas dari sebuah film.
Alhasil, banyak netizen yang awalnya pro jadi memberikan skor rendah. Perolehan skor tinggi jadi pertanyaan apakah benar-benar sesuai dengan filmnya. Mereka banyak memberikan kritikan pada isi cerita yang kurang berkesinambungan. Meski demikian netizen mengakui bahwa BoS cukup baik dalam visualisasinya.
Berikut beberapa review Battle of Surabaya oleh para netizen:
Anggur Merah: Patriotisme ButaYudhanegara Njoman (re: ON)
Jasmine Surkatty (Komik Ga Jelas)
Sepekan Peluncuran Battle of Surabaya
BoS berlatar kisah sejarah perang di Surabaya dengan Musa sebagai tokoh utamanya. Pemuda berusia 13 tahun tersebut bekerja sebagai tukang semir pasca kemerdekaan RI. Ia kemudian dipercaya sebagai pembawa pesan rahasia untuk Bung Tomo dan memulai petualangan dari sana.
Plot tersebut sebelumnya disajikan dalam trailer untuk menarik perhatian publik. Sepekan setelah pemutarannya masyarakat pun memberikan review beragam. Namun secara garis besar mereka memberikan penilaian sekitar 6 sampai 8 dari 10 point. Mereka cukup puas dengan visualisasi yang baik meski belum sebanding dengan animasi buatan luar negeri.
Secara isi, banyak yang kurang puas lantaran cerita terlalu bertele-tele, keselarasan cerita dan emosi yang kurang karena dubber dinilai belum mendalami peran.
Masyarakat cukup memberikan apresiasi karena BoS merupakan film animasi 2D pertama Indonesia yang disebarkan secara luas di Bioskop kenamaan. BoS juga kabarnya akan didistribusikan ke seluruh dunia (tanpa perlu penambahan kata harga diri bangsa). Semoga hadirnya BoS jadi pemicu semangat animator Tanah Air untuk lebih baik berkarya.
0 komentar:
Posting Komentar