Captain America: Civil War akhirnya rilis, dan fan Indonesia bisa menyaksikannya duluan! Baguskah filmnya? Cek saja review Civil War ini!
Sebuah Prestasi TersendiriPenulis sudah beberapa kali melihat film layar lebar yang menyajikan banyak karakter. Mortal Kombat: Annihilation misalnya, Avengers: Age of Ultron sebagai pendahulu film ini, juga Batman V Superman yang baru tayang kemarin. Karenanya, hal yang menjadi pertanyaan sejak promo film ini adalah: bagaimana Russo Bersaudara bisa menyajikan sedemikian banyak karakter dalam satu film? Kebanyakan film tadi jadi tidak fokus karena tokoh yang disajikan terlalu banyak.
Sudah begitu, sebenarnya ini adalah film Captain America. Bagaimana bisa mereka mengukuhkan itu, sementara karakter seperti Iron Man, dan juga Spider-Man, ada di dalamnya?
Salah satu kesimpulan untuk review Civil War ini adalah sebagai berikut: Civil War adalah pemanasan Russo Bersaudara untuk Avengers: Infinity War, dan mereka berhasil menyajikannya dengan baik sekali.
Russo Bersaudara melakukan langkah yang tepat untuk menyajikan semua karakter di film: anggap mereka sebagai bintang tamu. Ada dua karakter yang pada akhirnya penampilannya mengecewakan singkatnya akibat keputusan ini, namun karakter utama lain bisa tampil sebagaimana seharusnya.
Sejak awal hingga akhir, film ini mengukuhkan kalau Steve Rogers-lah sentral ceritanya. Ini adalah perjuangan dirinya untuk memperoleh jawaban, menyelamatkan sahabat baiknya, dan pada akhirnya mencapai penyelesaian terbaik untuk konflik di film. Dan itu tersajikan dengan sangat baik.
Para bintang tamu pun diperlakukan dengan luar biasa. Mereka diberi kesempatan unjuk gigi, namun dalam kesempatan tertentu mereka harus disisihkan dulu supaya para tokoh utama bisa berdiri di sorotan utama. Dan jangan khawatir, kesempatan mereka unjuk gigi ini benar-benar akan membekas di benakmu.
Di sisi lain, film ini pun mampu membangun antagonis film dengan sangat baik.
Sebenarnya ada satu antagonis sejati di film ini, namun tak bisa diragukan lagi Tony Stark adalah antagonis utama bagi Steve. Dari Iron Man 1 hingga 3, lawan-lawan Tony selalu terasa kurang nonjok, meski mereka diperankan aktor-aktor ternama. Kali ini justru Tony sebagai halangan utama bagi Steve berhasil disajikan sebagai anti-villain menarik.
Ia memiliki tujuan baik. Kamu akan menyadari ini kalau kamu ingat apa yang dia lakukan di Age of Ultron. Namun ego dan tekanan yang dideritanya membuat ia terpaksa melakukan segala cara untuk bisa menghentikan Steve.
Pembangunan Kisah yang Sangat Solid
Review Civil War ini tidak bisa tidak menghubungkan film Marvel ini dengan Batman V Superman. Terutama untuk soal urusan naskah. Batman V Superman adalah film yang oke, layak meraih nilai 70/100. Tapi pembangunan konflik di film itu benar-benar kacau, banyak filler yang bisa dihapus untuk kenyamanan menonton yang lebih baik, dan pertempuran Batman dengan Superman yang seharusnya jadi fokus malah serasa harus diselesaikan secepatnya untuk Doomsday.
Bagaimana dengan Civil War? Yah, Russo Bersaudara kembali membuktikan bahwa kepiawaian mereka di Captain America: The Winter Soldier bukan kebetulan. Mereka memang ahli menyajikan sebuah film superhero dengan balutan intrik spionase global, seperti di Civil War ini.
Semua kejadian terjadi karena alasan yang bisa dimengerti. Narasinya begitu ketat hingga kamu tidak akan merasa filmnya lamban. Dan saat film ini berakhir, kamu akan kaget menyadari kamu sudah di ruang bioskop selama 147 menit. Serius, kecuali kamu termasuk golongan yang tidak cocok nonton Civil War, kamu bisa mengira film ini hanya satu setengah jam saja saking seru dan cepatnya pace filmnya.
Pembangunan konflik juga adalah unsur yang harus dibahas dalam review Civil War ini. Ya, pada akhirnya film ini skala konfliknya jauh sekali dari versi komiknya. Namun Russo Bersaudara dan tim penulis naskah mampu memberi alasan masuk akal kenapa Cap, Iron Man, dan seluruh pihak terkait sampai harus berjibaku fisik, bukannya berbicara baik-baik seperti orang dewasa. Dan untuk ini, mereka lebih bagus dari Mark Millar, sang penulis Civil War komik.
Civil War versi komik seharusnya menyajikan kalau Iron Man dan Cap sama-sama punya pendapat valid, hingga pembaca bisa bingung siapa yang ingin mereka dukung. Tapi Mark Millar gagal menyampaikan itu. Setelah Iron Man mewujudkan Thor cyborg, menyebabkan kematian Goliath, menggunakan supervillain untuk menangkap tim Cap, dan seterusnya, dia tidak lagi bisa dianggap pihak rasional.
Itu tak terjadi di Civil War film. Tony merasakan tekanan tersendiri akibat dosanya, namun dia tak pernah melewati batas. Captain America memiliki argumen bagus, tapi inisiatif yang diambilnya benar-benar bisa meretakkan Avengers. Pada akhirnya, baik protagonis maupun antagonis film ini memiliki motivasi yang bisa dipahami oleh penonton. Bahkan antagonis sejatinya pun demikian.
Tapi apakah Captain America: Civil War benar-benar luar biasa, tanpa cela? Tidak juga. Kalau kamu belum bosan membaca, kamu bisa memeriksa halaman kedua untuk menemukan beberapa kelemahan film ini. Namun sekedar peringatan: mungkin ada beberapa bagian yang bisa dianggap sebagai spoiler minor.
Pada Akhirnya, Tidak Seepik Yang Disajikan di Promo
Ternyata ada alasan kenapa seluruh promo Civil War terfokus kepada pertempuran bandara. Sebenarnya, itulah puncak aksi dari film ini. Ya, di sinilah tim Cap dan tim Iron Man berjibaku habis-habisan, mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk menghajar satu sama lain.
Adegan ini memiliki segalanya. Pameran kemampuan seluruh anggota tim, komedi (yang sempat hilang karena bagian awal film ini dipenuhi nuansa kelam dan ketegangan), debut Spider-Man, hingga twist mendadak.
Di komik, ada dua pertempuran besar yang terjadi. Satu di tengah, di mana Thor robot menampakkan diri dan menyebabkan tragedi. Satu lagi di akhir, yang menandai akhir perang. Pertempuran besar di Civil War film hanya terjadi di satu bagian ini. Konfliknya setelahnya bersifat lebih pribadi, bagi semua pihak yang masih terlibat.
Jangan salah, klimaks film ini pun masih tergolong kuat. Fan Steve Rogers dan Tony Stark akan benar-benar dikuras emosinya di bagian itu. Tapi mengingat film ini dilabeli sebagai Civil WAR, pastinya ada fan yang duduk dan mengharapkan perang besar dari awal hingga akhir. Sayangnya, kalau kamu berharap demikian, maka film ini akan mengecewakanmu.
Kesimpulan
Walau tidak seepik seharusnya, film ini tetap luar biasa. Terutama karena Russo Bersaudara tidak memperlakukan filmnya bagaikan pintu menuju film berikutnya. Konflik di sini diselesaikan di film ini juga, walau masih ada benih yang bisa tumbuh menjadi masalah di masa depan. Masalah beban ekstra plot dari film lain, yang menghantui Age of Ultron, tak terasa ada di sini.
Jadi, sebagai penutup review Civil War, penulis menyampaikan: kalau kamu penggemar film Marvel dan superhero, tonton film ini secepatnya. Tidak, film ini tidak sempurna, namun film ini layak disebut sebagai salah satu film terbaik Marvel. Masih di bawah The Avengers maupun Captain America: The Winter Soldier mungkin, tapi bisa duduk nyaman di peringkat ketiga.
0 komentar:
Posting Komentar