Apakah film layar lebar Angry Birds dan juga game-game selanjutnya bisa membuat laba operasi Rovio naik kembali?
Jika dibandingkan dua atau tiga tahun lalu, popularitas Angry Birds bisa dibilang menurun, baik di ranah game mobile maupun untuk merchandise-nya. Bahkan, untuk game terpopuler saat ini, Angry Birds sudah kalah dari Clash of Clans, game yang dikembangkan oleh developer asal Finlandia lainnya, Supercell. Tentu tidak mengherankan bila laba Rovio, sang developer-nya merosot cukup drastis sepanjang tahun finansial 2014 lalu.Dalam laporan keuangannya, Rovio mengungkapkan bahwa mereka mengalami penurunan profit (laba) operasi sekitar 73 persen dibandingkan tahun finansial sebelumnya. Jika di tahun finansial sebelumnya, Rovio mencatat laba operasi sekitar 36.5 juta Euro, maka di tahun 2014 lalu laba operasi Rovio turun hingga tinggal 10 juta Euro saja. Penurunan laba operasi tersebut sebanding dengan penurunan angka penjualan dari media (game, serial animasi) dan juga merchandise-nya. Tercatat, angka penjualan Rovio menurun sekitar 9% dibandingkan tahun finansial sebelumnya, dimana tahun ini mereka hanya mencatat total penjualan 158.3 juta Euro, dibanding tahun lalu yang mencatat total 173.5 juta Euro.
Di luar penurunan angka tersebut, revenue game-game Rovio justru meningkat sebesar 16%. Tahun 2014, revenue dari game Rovio mencatat angka 110.7 juta Euro, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat angka 95.2 juta Euro. Rupanya penurunan laba untuk tahun 2014 lebih banyak mendapatkan “kontribusi” dari penjualan consumer products alias merchandise, dimana angkanya turun menjadi 41.4 juta Euro dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 73.1 juta Euro.
Meskipun ada penurunan laba operasi, namun Rovio masih optimis menyambut tahun-tahun mendatang. Salah satu andalan mereka adalah kehadiran film layar lebar Angry Birds yang rencananya bakal dirilis Mei 2016 mendatang. CEO dari Rovi, Pekka Rantala mengungkapkan bahwa film layar lebar tersebut diharapkan bisa membantu pertumbuhan bisnis lisensi mereka. “Film ini akan membantu kita untuk mendapatkan pertumbuhan licensing business,” ungkap Rantala seperti dikutip dari pernyataan resminya. Kabarnya, film ini memakan biaya produksi sebesar US $80 juta, belum termasuk biaya marketing yang akan dibayar secara patungan dengan Sony Entertainment.
Selain itu, Rantala juga mengungkapkan bahwa Rovio memiliki banyak rencana di tahun-tahun mendatang. “Rovio saat ini berencana untuk membuat karakter-karakter baru untuk game, produk, dan animasi yang akan dikembangkan,” ungkapnya. “Saat ini kami masih dalam masa transisi. Kami sudah meluncurkan beberapa game free to play, namun masih banyak ruang di sana untuk mengimprovisasi monetisasinya,” pungkasnya. Di awal tahun 2015 ini sendiri, Rovio mengawali dengan dua game, Angry Birds Stella POP dan Jolly Jam.
Bagaimana menurutmu? Apakah film layar lebar dari Angry Birds akan membawa para burung pemarah ini kembali ke masa jayanya, atau mungkin bakal ada produk-produk dan karakter-karakter baru dari Rovio yang akan menggantikan popularitas mereka? Share pendapatmu di kolom komentar ya!
[Sumber: Rovio via Polygon]
0 komentar:
Posting Komentar