Tidak ditampik lagi Selfie sudah menjadi salah satu bentuk budaya yang populer saat ini. Hampir semua kalangan, baik anak muda hingga pejabat pemerintahan melakukannya sebagai bentuk mengekspresikan diri. Baru-baru ini dilakukan survey terhadap 1831 orang untuk menanyakan arti selfie bagi mereka, dan apakah mereka pernah mengunggahnya ke media sosial. Berikut ini adalah infografis hasil survey Trend Selfie di Setiap Generasi.
Generasi Milenium adalah mereka yang lahir antara tahun 80 an hingga tahun 2000. Generasi yang menyusul rentang hidup Generasi X (1965-1980) ini disebut-sebut memiliki karakter yang “susah hidup” tanpa ponsel dan media sosial, suka menumpuk utang dan tidak punya visi soal pekerjaan, semakin individualis, toleran terkait agama, tidak begitu tertarik politik, dan terlalu percaya diri tentang masa depannya. Klasifikasi karakter ini kemudian mengerucut pada suatu pandangan, bahwa generasi setelah 1980 ini semakin egosentris tetapi selalu optimistis.Hasil Riset Pew menemukan bahwa rata-rata Generasi Milenium berusia 18-34 tahun memiliki minimal 250 teman “aktif” di Facebook, lebih banyak dari generasi sebelum mereka seperti Generasi X (rata-rata 200), Boomers dan generasi sebelumnya rata-rata hanya punya 50 “teman”. Dengan asumsi angka-angka ini mewakili profil-profil aktif yang menayangkan ‘post‘ tiap hari, kalangan muda di Indonesia bisa saja angkanya lebih tinggi.
Jika diperhatikan, selfie sebetulnya baru saja melewati masa keemasannya setelah memenangkan predikat Word of the Year tahun 2013 versi Kamus Besar Oxford. Pada tahun itu, tagar #selfie bertambah 200 persen hanya dalam waktu 1 bulan, terutama dipicu oleh beberapa selebritas Hollywood seperti Kim Kardashian dan Taylor Swift. Nah, popular nya trend selfie di setiap generasi ini ternyata membuat beberapa perusahan menggunakannya sebagai bentuk kampanye. Ada sejumlah nama besar yang kemudian turut serta disini, sebut saja National Graphic ataupun NASA.
Angka tayangan selfie di media sosial bisa naik turun mengikuti arus informasi dan trend selfie di setiap generasi yang sedang berjalan. Samsung, dalam risetnya pernah mencatat bahwa sekitar 30% foto selfie yang diunggah dari perangkat genggam dilakukan oleh mereka yang berusia 18 hingga 24 tahun, masa remaja hingga dewasa awal. Kecenderungan perilaku “menyayangi” diri sendiri ini yang begitu cepat menyebar di kalangan dalam kelompok usia yang sama, untuk berbagai kepentingan dan momen: sedang bersantai, bosan, sebelum tidur, bahkan saat bersedih.
Sayangnya, tidak semua selfie benar-benar menunjukkan keriangan personal sebagaimana yang ditunjukkan fotonya.
Direktur Pusat Psikologi Media dari Massachussets Institute of Technology di Boston,Dr. Pamela Rutledge pernah menulis, “Kecenderungan menggemari selfie bisa menjadi penanda jelas bahwa seseorang itu sebetulnya tidak percaya diri….” Rutledge menambahkan, di banyak sisi mudah terlihat bahwa mereka yang melakukan selfie dan menayangkannya di media sebetulnya menunjukkan bahwa diri mereka sebenarnya memerlukan bantuan, “Entah itu sedang kesepian, butuh hiburan, teman bicara, atau butuh pekerjaan.”
Sayangnya, kegemaran narsistis semacam ini dapat membawa seseorang menemui masalah-masalah baru. “Banyak kasus di mana mereka tidak menyadari kalau foto-foto itu dapat menjerumuskan mereka ke masalah-masalah baru,” imbuh Rutledge yang juga kontributor tetap pada situs konsultasi masalah kejiwaan Psychology Today. Selain itu, selfie sebenarnya bisa jadi senjata yang menentukan nasib orang-orang muda ini di masa depan, baik itu terkait pekerjaan, pertemanan, atau hubungan sosial lainnya.
Nah bagaimana pandanganmu terhadap trend selfie di setiap generasi yang seakan sudah menjadi hal biasa di era ini? Tuliskan pandanganmu di kolom komentar!
[sumber infografis: One Spy]
0 komentar:
Posting Komentar