Animasi
merupakan sutu teknik yang banyak sekali dipakai di dalam dunia film
dewasa ini, baik sebagai suatu kesatuan yang utuh, bagian dari suatu
film, maupun bersatu dengan film live. Dunia film sebetulnya berakar
dari fotografi, sedangkan animasi berakar dari dunia gambar, yaitu
ilustrasi desain grafis (desain komunikasi visual). Melalui sejarahnya
masing-masing, baik fotografi maupun ilustrasi mendapat dimensi dan
wujud baru di dalam film live dan animasi.
Dapat
dikatakan bahwa animasi merupakan suatu media yang lahir dari dua
konvensi atau disiplin, yaitu film clan gambar. Untuk dapat mengerti
clan memakai teknik animasi, kedua konvensi tersebut harus dipahami dan
dimengerti.
Film,
biasa dipakai untuk merekam suatu keadaan, atau mengemukakan sesuatu.
Film dipakai untuk memenuhi suatu kebutuhan umum, yaitu
mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan atau kenyataan. Karena keunikan
dimensinya, clan karena sifat hiburannya, film telah diterima sebagai
salah satu media audio visual yang paling popular dan digemari. Karena
itu juga dianggap sebagai media yang paling efektif.
Untuk
dapat mempergunakan media film ada dua masalah pokok yang harus
dihadapi, yaitu masalah teknis film clan masalah teknik mengemukakan
sesuatu denga film atau biasa disebut teknik presentasi. Demikian juga
dengan hal yang harus diketahui di dalam film animasi, yaitu masalah
teknik animasi, dan masalah teknik mengkomunikasikan sesuatu dengan
teknik animasi. Sering perkataan teknik berkomunikasi lebih akrab
dikatakan seni berkomunikasi.
Di
dalam kenyataannya memang hal ini sangat erat hubungannya dengan
berbagai bidang kegiatan seni, baik visual maupun verbal atau teateral.
Bagi seorang perencana komunikasi, kegiatan ini sangat penting
dimengerti. Seorang pembuat film akan mengahadapi masalah teknik
membuat film dan seni membuat film.
Semua
hal yang tertulis di dalam pembahasan ini, bukanlah suatu batasan,
melainkan suatu cara melihat dan ringkasan permasalahan yang harus
dikembangkan.
Asal Mula Teknik Film Animasi
Keinginan
manusia untuk membuat gambar atau santiran (image) yang hidup dan
bergerak sebagai pantara dari pengungkapan (expression) mereka,
merupakan perwujudan dari bentuk dasar animasi yang hidup berkembang.
Kata animasi itu sendiri sebenarnya penyesuaian dari kata animation,
yang berasal dari kata dasar to animate, dalam kamus umum
Inggris-Indonesia berarti menghidupkan (Wojowasito 1997). Secara umum
animasi merupakan suatu kegiatan menghidupkan, menggerakkan benda mati;
Suatu benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi untuk
menjadi hidup dan bergerak, atau hanya berkesan hidup.
Sebenarnya,
sejak jaman dulu, manusia telah mencoba menganimasi gerak gambar
binatang mereka, seperti yang ditemukan oleh para ahli purbakala di gua
Lascaux Spanyol Utara, sudah berumur dua ratus ribu tahun lebih;
Mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang, seperti
celeng,bison atau kuda, digambarkannya dengan delapan kaki dalam posisi
yang berbeda dan bertumpuk (Hallas and Manvell 1973:23).
Orang
Mesir kuno menghidupkan gambar mereka dengan urutan gambar-gambar para
pegulat yang sedang bergumul, sebagai dekorasi dinding. Dibuat sekitar
tahun 2000 sebelum Masehi (Thomas 1958:8)
Lukisan
Jepang kuno memperlihatkan suatu alur cerita yang hidup, dengan
menggelarkan gulungan lukisan, dibuat pada masa Heian(794-1192)
(ensiklopedi Americana volume 19, 1976). Kemudian muncul mainan yang
disebut Thaumatrope sekitar abad ke 19 di Eropa, berupa lembaran cakram
karton tebal, bergambar burung dalam sangkar, yang kedua sisi kiri
kanannya diikat seutas tali, bila dipilin dengan tangan akan memberikan
santir gambar burung itu bergerak (Laybourne 1978:18).
Hingga
di tahun 1880-an, Jean Marey menggunakan alat potret beruntun merekam
secara terus menerus gerak terbang burung, berbagai kegiatan manusia
dan binatang lainnya. Sebuah alat yang menjadi cikal bakal kamera film
hidup yang berkembang sampai saat ini. Dan di tahun 1892, Emile
Reynauld mengembangkan mainan gambar animasi ayng disebut Praxinoscope,
berupa rangkaian ratusan gambar animasi yang diputar dan diproyeksikan
pada sebuah cermin menjadi suatu gerak film, sebuah alat cikal bakal
proyektor pada bioskop (Laybourne 1978:23).
Kedua
pemula pembuat film bioskop, berasal dari Perancis ini,dianggapsebagai
pembuka awal dari perkembangan teknik film animasi(Ensiklopedi
AmericanavoLV1,1976:740)
Sepuluh
tahun kemudian setelah film hidup maju dengan pesat-nya di akhir abad
ke 19. Di tahun 1908, Emile Cohl pemula dari Perancis membuat film
animasi sederhana berupa figure batang korek api. Rangkaian
gambar-gambar blabar hitam(black-line) dibuat di atas lembaran putih,
dipotret dengan film negative sehingga yang terlihat figur menjadi
putih dan latar belakang menjadi hitam.
Sedangkan
di Amerika Serikat Winsor McCay (lihat gambar disamping) membuat film
animasi “Gertie the Dinosaur” pada tahun 1909. Figur digambar blabar
hitam dengan latar belakang putih. Menyusul di tahun-tahun berikutnya
para animator Amerika mulai mengembangkan teknik film animasi di
sekitar tahun 1913 sampai pada awal tahun 1920-an; Max Fleischer
mengembangkan “Ko Ko The Clown” dan Pat Sullivan membuat “Felix The
Cat”. Rangkaian gambar-gambar dibuat sesederhana mungkin, di mana
figure digambar blabar hitam atau bayangan hitam bersatu dengan latar
belakang blabar dasar hitam atau dibuat sebaliknya. McCay membuat
rumusan film dengan perhitungan waktu, 16 kali gambar dalam tiap detik
gerakan.
Fleischer
dan Sullivan telah memanfaatkan teknik animasi sell, yaitu lembaran
tembus pandang dari bahan seluloid (celluloid) yang disebut “cell”.
Pemula lainnya di Jerman, Lotte Reineger, di tahun 1919 mengembangkan
film animasi bayangan, dan Bertosch dari Perancis, di tahun 1930
membuat percobaan film animasi potongan dengan figure yang berasal dari
potongan-potongan kayu. Gambar berikut adalah tokoh “Gertie The
Dinosaurs”, dan “Felix the Cat”
George
Pal memulai menggunakan boneka sebagai figure dalam film animasi
pendeknya, pada tahun 1934 di Belanda. Dan Alexsander Ptushko dari
Rusia membuat film animasi boneka panjang “The New Gulliver” di tahun
1935.
Di
tahun 1935 Len Lye dari Canada, memulai menggambar langsung pada film
setelah memasuki pembaharuan dalam film berwarna melalui film”Colour of
Box”. Perkembangan Teknik film animasi yang terpenting, yaitu di
sekitar tahun 1930-an. Dimana muncul film animasi bersuara yang
dirintis oleh Walt Disney dari Amerika Serikat, melalui film”Mickey
Mouse”, “Donald Duck” dan ” Silly Symphony” yang dibuat selama tahun
1928 sampai 1940.
Pada
tahun 1931 Disney membuat film animasi warna pertama dalam filmnya
“Flower and Trees”. Dan film animasi kartun panjang pertama dibuat
Disney pada tahun 1938, yaitu film “Snow White and Seven Dwarfs”.
Demikian
asal mula perkembangan teknik film animasi yang terus berkembang
dengan gaya dan ciri khas masing-masing pembuat di berbagai Negara di
eropa, di Amerika dan merembet sampai negaranegara di Asia. Terutama di
Jepang, film kartun berkembang cukup pesat di sana, hingga pada dekade
tahun ini menguasai pasaran film animasi kartun di sini dengan ciri
dan gayanya yang khas.
Sikap Asas Film Animasi
Film
animasi berasal dari dua disiplin, yaitu film yang berakar pada dunia
fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Kata film berasal
dari bahasa inggris yang telah di Indonesiakan, maknanya dapat kita
lihat pada kamus umum Bahasa Indonesia:
“1
barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seluloid empat gambar
potret negative (yang akan dibuat potret atau dimainkan dalam bioskop);
2 lakon (cerita) gambar hidup;” (Poerwadarminfa 1984)
Secara
mendasar pengertian film yang menyeluruh sulit dijelaskan. Baru dapat
diartikan kalau dilihat dari konteksnya; misalnya dipakai untuk potret
negatif atau plat cetak, film mengandung pengertian suatu lembaran pita
seluloid yang diproses secara kimia sebelum dapat dilihat hasilnya;
atau yang berhubungan dengan cerita atau lakon, film mengandung
pengertian sebagai gambar hidup atau rangkaian gambar-gambar yang
bergerak menjadi suatu alur cerita yang ditonton orang, bentuk film
yang mengandung unsur dasar cahaya, suara dan waktu.
Sedangkan pengertian animasi secara khusus dapat kita simak pada ensiklopedi “Americana”:
“Animated,
a motion picture consisting of series of invidual hand-drawn sketches,
in which the positions or gestures of the figures are varied slightly
from one sketch to another. Generally, the series is film and, when
projected on screen, suggest that figures are moving” (Encyclopedia
Americana vol. V1,1976).
Teknik
film animasi, sperti halnya film hidup, dimungkinkan adanya
perhitungan keceaptan film yang berjalan berurutan antara 18 sampai 24
gambar tiap detiknya.
Gambar
yang diproyeksikan ke layar sebetulnya tidak bergerak, yang terlihat
adalah gerakan semu, terjadi pada indra kita akibat perubahan kecil
dari satu gambar ke gambar yang lain, adanaya suatu fenomena yang
terjadi pada waktu kita melihat, disebut Persistence of Vision,
sehingga menghasilkan suatu ilusi gerak dari pandangan kita.
Berbeda
dengan film hidup, gambar diambil dari pemotretan obyek yang bergerak,
lalu dianalisis satu persatu menjadi beberapa gambar diam pada tiap
bingkai pita seluloid.
Sedangkan
film animasi, gerak gambar diciptakan dengan menganalisis gambar per
gambar atau kerangka demi kerangka oleh animator, lalu direkam gambar
demi gambar atau gerak demi gerak dengan menggunakan kamera stop-frame,
kamera yang memakai alat mesin penggerak frame by frame, yaitu alat
penggerak pita seluloid bingkai per bingkai, dengan perhitungan waktu
untuk tiap satu detik dibutuhkan 24 bukaan bingkai kamera untuk merekam
gambar, gerak ke pita seluloid.
Beberapa Jenis Teknik Film Animasi
Berdasarkan
materi atau bahan dasar obyek animasi yang dipakai, secara umum jenis
teknik film animasi digolongkan dua bagian besar, film animasi
dwi-matra (flat animation) dan film animasi trimatra(object animation).
Film animasi Dwi-matra (flat animation)
Jenis
film animasi ini seluruhnya menggunakan bahan papar yang dapat
digambar di atas permukaannya. Disebut juga jenis film animasi gambar,
sebab hamper semua obyek animasinya melalui runtun kerja gambar. Semua
runtun kerja jenis film animasi ini dikerjakan di atas bidang datar
atau papar.
Beberapa jenis film animasi dwi-matra adalah:
a. Film animasi sel(Cel Technique)
Jenis
film animasi ini merupakan teknik dasar dari film animasi kartun
(cartoon animation). Teknik animasi ini memanfaatkan serangkaian gambar
yang dibuat di atas lembaran plastic tembus pandang, disebut sel.
Figur
animasi digambar sendiri-sendiri di atas sel untuk tiap perubahan
gambar yang bergerak, selain itu ada bagian yang diam, yaitu latar
belakang (background), dibuat untuk tiap adegan, digambar memanjang
lebih besar daripada lembaran sel.
Lembaran
sel dan latar diberi lobang pada salah satu sisinya, untuk dudukan
standar page pada meja animator sewaktu di gambar, dan meja dudukan
sewaktu dipotret.
b. Penggambaran langsung pada film
Tidak
seperti pada film animasi lainnya, jenis film animasi ini menggunakan
teknik penggambaran obyek animasi dibuat langsung pada pita seluloid
baik positif atau negative, tanpa melalui runtun pemotretan kamera stop
frame, untuk suatu kebutuhan karya seni yang bersifat pengungkapan.
Atau yang bersifat percobaan, mencari sesuatu yang baru.
Film Animasi Tri-matra (Object Animation)
Secara
keseluruhan, jenis film animasi tri-matra menggunakan teknik runtun
kerja yang sama dengan jenis film animasi dwi-matra, bedanya obyek
animasi yang dipakai dalam wujud tri-matra. Dengan memperhitungkan
karakter obyek animasi, sifat bahan yang dipakai, waktu, cahaya dan
ruang.
Untuk
mengerakkan benda tri-matra, walaupun itu mungkin, tapi cukup sulit
untuk melaksanakannya, karena sifat bahan yang dipakai mempunyai ruang
gerak yang terbatas. Tidak seperti jenis., film animasi gambar, bebas
melakukanberbagai gerakan yang diinginkan.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan, termasuk dalam jenis film animasi ini adalah :
a. Film Animasi Boneka (Puppet Animation)
Obyek
animasi yang dipakai dalam jenis film animasi ini adalah boneka dan
figur lainnya, merupakan penyederhanaan dari bentuk alam benda yang
ada, terbuat dari bahan-bahan yang mempunyai sifat lentuk (plastik) dan
mudah untuk digerakkan sewaktu melakukan pemotretan bingkai per
bingkai, seperti bahan kayu yang mudah ditatah atau diukir, kain,
kertas, lilin, tanah lempung dan lain-lain, untuk dapat menciptakan
karakter yang tidak kaku dan terlalu sederhana.
b. Film Animasi Model
Obyek
animasi tri-matra dalam jenis film ini berupa macammacam bentuk
animasi ayng bukan boneka dan sejenisnya, seperti bentuk-bentuk
abstark; balok, bola, prisma, piramida, silinder, kerucut dan
lain-lain. Atau bentuk model, percontohan bentuk dari ukuran
sebenarnya, seperti bentuk molekul dalam senyawa kimia, bola bumi.
Bentuk
obyek animasi sederhana, penggunaannya pun tidak terlalu rumit dan
tidak banyak membutuhkan gerak, bahan yang dipakai terdiri dari kayu,
plastic keras dan bahan keras lainnya yang sesuai denga sifat karakter
materi yang dimiliki, tetapi tidak berarti bahan lentuk tidak dipakai.
Disebut
juga film animasi non-figur, karena keseluruhan cerita tidak
membutuhkan tokoh atau figure lainnya. Jenis film Teknik yang
memanfaatkan lembaran sel merupakan suatu pertimbangan penghematan
gambar, dengan memisahkan bagian dari obyek animasi yang bergerak,
dibuat beberapa gambar sesuai kebutuhan; dan bagian yang tidak
bergerak, cukup dibuat sekali saja.
c. Film Animasi Potongan (Cut-out Animation)
Jenis
film animasi ini, termasuk penggunaan teknik yang sederhana dan mudah.
Figur atau obyek animasi dirancang, digambar pada lembaran kertas lalu
dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat, dan diletakkan pada
sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya. Pemotretan dilakukan
dengan menganalisis langsung tiap gerakan dengan tangan, sesuai denagn
tuntutan cerita.
Dengan
teknik yang sederhana, gerak figur atau obyek animasi menjadi terbatas
sehingga karakternyapun terbatas pula. Karakter figur dibuat terpisah,
biasanya, terdiri dari tujuh bagian yang berbeda; kepala, leher,
badan, dua tangan dan dua kaki. Untuk menggerakkan dan menghidupkan
karakter, pemisahan itu bias disesuaikan dengan tuntutan cerita, bisa
dibuat kurang dari bagian tadi atau lebih.
d. Film Animasi Bayangan (Silhoutte Animation)
Seperti
halnya pertunjukan wayang kulit, jenis film animasi ini menggunakan
cara yang hampir sama, figur atau obyek animasi berupa bayangan dengan
latar belakang yang terang, karena pencahayaannya berada di belakang
layer.
Teknik
yang dipakai sama dengan film animasi potongan, yaitu figur digambar
lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang digambar dan diletakkan pada
latar di meja dudukan kamera untuk dipotret. Bedanya di sini, kertas
yang dipakai tidak seperti animasi potongan, bahan kertas berwarna atau
diberi warna sesuai dengan kebutuhan, sedangkan film animasi bayangan
seluruhnya menggunakan bahan kertas berwarna gelap atau warna hitam,
baik itu figur atau obyek animasi lainnya.
e. Film Animasi Kolase (Collage Animation)
Yang
selalu berhubungan dengan jenis film animasi ini adalah sebuah teknik
yang bebas mengembangkan keinginan kita untuk menggerakkan obyek
animasi semaunya di meja dudukan kamera. Teknik cukup sederhana dan
mudah dengan beberapa bahan yang bisa dipakai; potongan Koran, potret,
gambar-gambar, huruf atau penggabungan dari semuanya. Gambar dan
berbagai bahan yang dipakai, disusun sedemikian rupa lalu dirubah
secara berangsurangsur menjadi bentuk susunan baru, dimana tiap
perubahan penempelan dipotret dengan kamera menjadi suatu bentuk film
animasi yang bebas.
Perkembangan
suatu perusahaan, diagram suatu jaringan dalam tubuh organisme,
pembuatan credit title dalam sebuah film cerita dan lain sebagainya.
5. Penggunaan Film Animasi
Penggunaan
film animasi sebagai suatu bentuk pantara rupa rungu (audio visual
medium), cukup berperan penting dalam menyebarkan pesan atau gagasan
yang ingin disampaikan ke masyarakat luas. Film animasi dipakai pada:
1.
Televisi komersial; Film animasi digunakan dengan tujuan komersial,
seperti film Wan pada televise, sebagai sisipan di antara acara-acara
program televise, berupa pesan-pesan pendek kepada pirsawan dan sebagai
film hiburan.
2. Bioskop; Film animasi bisa sebagai film cerita panjang, film cerita pendek, dan film sisipan untuk Man pada bioskop.
3. Pelayanan Pemerintah; Film animasi digunakan sebagai film propaganda, film penerangan dan pendidikan.
4.
Perusahaan; film animasi digunakan sebagai film hubungan masyarakat
(public relations) seperti: film penerangan, film pendidikan dan film
propaganda atau film Man pengenalan produk.
Jenis-jenis Animasi
Animasi yang dulunya mempunyai prinsip yang sederhana, sekarang telah berkembang menjadi beberapa jenis, yaitu:
Animasi 2D, Animasi 3D, Animasi tanah Hat (Clay Animation), Animasi Jepang (Anime).
a. Animasi 2D (2 Dimensi)
Animasi
ini yang paling akrab dengan keseharian kita. Biasa juga disebut
dengan film kartun. Kartun sendiri berasal dari kata Cartoon, yang
artinya gambar yang lucu. Memang, film kartun itu kebanyakan film yang
lucu. Contohnya banyak sekali, baik yang di TV maupun di Bioskop.
Misalnya: Looney Tunes, Pink Panther, Tom and Jerry, Scooby Doo,
Doraemon, Mulan, Lion King, Brother Bear, Spirit, dan banyak lagi.
Meski yang populer kebanyakan film Disney, namun bukan Walt Disney
sebagai bapak animasi kartun. Contoh lainnya adalah Felix The Cat, si
kucing hitam. Umur si kucing itu sudah lumayan tua, dia diciptakan oleh
Otto Messmer pada tahun 1919. Namun sayang, karena distribusi yang
kurang baik, jadi kita sukar untuk menemukan film-filmnya. Bandingkan
dengan Walt Disney yang sampai sekarang masih ada misalnya Snow White
and The Seven Dwarfs (1937) dan Pinocchio (1940).
b. Animasi 3D (3 Dimensi)
Perkembangan
teknologi dan komputer membuat teknik pembuatan animasi 3D semakin
berkembang dan maju pesat. Animasi 3D adalah pengembangan dari animasi
2D. Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin hidup dan
nyata, mendekati wujud manusia aslinya. Semenjak Toy Story buatan
Disney (Pixar Studio), maka berlombalombalah studio film dunia
memproduksi film sejenis. Bermunculanlah, Bugs Life, AntZ, Dinosaurs,
Final Fantasy, Toy Story 2, Monster Inc., hingga Finding Nemo, The
Incredible, Shark Tale. Cars, Valian. Kesemuanya itu biasa juga disebut
dengan animasi 3D atau CGI (Computer Generated Imagery).
c. Animasi Tanah Liat (Clay Animation)
Kata
orang, meskipun sekarang sudah jamannya Pizza dan Bistik, namun
terkadang kita juga masih kangen dengan masakan tradisional seperti
sayur asem. Ungkapan tersebut cocok buat animasi Clay Animation.
Jenis
ini yang paling jarang kita dengar dan temukan diantara jenis lainnya.
Padahal teknik animasi ini bukan termasuk teknik baru seperti pada
saat Toy Story membuka era baru animasi 3D. Bahkan, boleh dibilang
nenek moyangnya animasi. Karena animasi pertama dalam bentuk
CIayAnimation. Meski namanya clay (tanah liat), yang dipakai bukanlah
tanah liat biasa. Animasi ini memakai plasticin, bahan lentur seperti
permen karet yang ditemukan pada tahun 1897. Tokoh-tokoh dalam animasi
Clay dibuat dengan memakai rangka khusus untuk kerangka tubuhnya, lalu
kerangka tersebut ditutup dengan plasficine sesuai bentuk tokoh yang
ingin dibuat. Bagian-bagian tubuh kerangka ini, seperti kepala, tangan,
kaki, disa dilepas dan dipasang lagi. Setelah tokoh-tokohnya siap,
lalu difoto gerakan per gerakan. Foto-foto tersebut lalu digabung
menjadi gambar yang bisa bergerak seperti yang kita tonton di film.
Animasi Clay termasuk salah satu jenis dari Stop-motion picture. Film
Animasi Clay Pertama dirilis bulan Februari 1908 berjudul, A Sculptors
Welsh Rarebit Nightmare. Untuk beberapa waktu yang lalu juga, beredar
film clay yang berjudul Chicken Run.
d. Animasi Jepang (Anime)
Film-film
yang dibahas diatas adalah kebanyakan buatan Amerika dan Eropa. Namun,
Jepang pun tak kalah soal animasi. Jepang sudah banyak memproduksi
anime (sebutan untuk animasi Jepang). Berbeda dengan animasi Amerika,
anime Jepang tidak semua diperuntukkan untuk anak-anak, bahkan ada yang
khusus dewasa.
Bicara
tentang anime, ada tokoh legendaris, yaitu Dr. Osamu Tezuka. Beliau
menciptakan Tetsuwan Atom atau lebih dikenal dengan Astro Boy. Seperti
film animasi Amerika atau Eropa, Anime juga terdiri dari beberapa
jenis, tapi yang membedakan bukan cara pembuatannya, melainkan
formatnya, yaitu serial televisi, OVA, dan film bioskop.
Software Pembuat Animasi
Di
pasaran sekarang ini sudah banyak beredar softwarwe pembuat animasi,
baik itu 2D atau 3D. Untuk lebih jelasnya perhatikan daftar dibawah ini
yang disusun berdasarkan kriterianya.
Software Animasi 2 Dimensi:
Macromedia Flash, CoRETAS, Corel R.A.V.E., After Effects, Moho, CreaToon, ToonBoom, Autodesk Animaton (1990-an) dll
Software Animasi 3 Dimensi:
Maya,
3D Studio Max, Maxon Cinema 4 D, LightWave, Softlmage, Poser, Motion
Builder, Hash Animation Master, Wings 3D, Carrara, Infini-D, Canoma d
Perkembangan Animasi Di Indonesia
Bagaimana
dengan perkembangan Animasi di Indonesia sendiri? Pada tahun 1980-an,
ada film animasi produk Indonesia yang jadi serial Televisi yaitu si
Huma yang menjadi favorit anak-anak pada masa itu. Tahun 2004,
merupakan sejarah bagi per-Animasian Indonesia dengan dibuatnya film
cerita panjang animasi 3D pertama oleh Studio KasatMata Jogja bekerja
sama dengan Kelompok Visi Anak Bangsa Pimp. Garin Nugroho, membuat film
animasi 3D “Homeland” dengan sutradara Gangsar Waskito.
http://www.inmystery.com/2011/01/mengenal-film-animasi-dan-cara.html
0 komentar:
Posting Komentar