Semenjak dari kemunculan pertamanya pada akhir
tahun 60-an, Doraemon sepertinya menargetkan konsumen anak kecil. Hal
ini terbukti dengan ceritanya yang ringan, lucu, dan sederhana. Hanya
setelah ada versi film bioskop bertema petualangan, Doraemon mulai
memperkenalkan plot baru dengan alur cerita yang lebih kompleks, seperti
alien dan romatika remaja.
Walau demikian, rumitnya film tersebut masih
dapat dinikmati anak kecil, terbukti dengan derasnya antusiasme
pengunjung film bioskopnya, tentu termasuk peminat di Indonesia
Namun demikian, entah disadari atau tidak,
sebenarnya dari awal Doraemon memiliki tema yang kompleks dan rumit,
bahkan mengusung paradoks yang tidak mudah dijelaskan. Inilah beberapa
alasan yang menjelaskan kenapa Doraemon sebenarnya bukan untuk anak
kecil.
1
Nobita Terlalu Mesum
Seperti kebanyakan anak usia remaja, wajar jika
agak “penasaran” dengan lawan jenis. Namun sepertinya Nobita berbeda
karena punya akses gadget Doraemon untuk “urusan” ini.
Salah satu contoh adalah seringnya Nobita muncul
di kamar mandi Shizuka menggunakan pintu kemana saja. Nah, tentunya
jika hanya ingin main ke rumah Shizuka tidak lewat kamar mandinya, kan?.
Tentunya pembaca duniaku ingat bahwa pintu
kemana saja akan mengantarkan sesuai dengan lokasi yang ada didalam
pikiran penggunanya. Jadi, tidak berlebihan jika kita menganggap Nobita
mesum karena selalu ingin melihat Shizuka mandi.
2
Nobita Merupakan Karakter Psikopat
Penggambaran tokoh Nobita yang malas, canggung dan sering di-bully
memang mampu memikat masyarakat. Penggambaran ini sangat berbeda dengan
kebanyakan masyarakat Jepang tahun 70-an yang harus bekerja sangat
keras untuk memperbaiki ekonomi pasca kekalahannya di perang dunia ke-
2.
Pasca hadirnya Doraemon, Nobita sendiri
digambarkan malah semakin tergantung bahkan memanfaatkan gadget dari
masa depan untuk kepentingannya sendiri. Bahkan beberapa kali penggunaan
alat tersebut mencelakakan orang lain, khususnya Doraemon, atau bahkan
orang tuanya sendiri.
Selain itu Nobita juga dikenal ingin menjadi
yang paling hebat, selalu iri dengan pencapaian dan fasilitas dan
rekan-rekannya. Contohnya adalah pada saat Suneo memamerkan mainannya,
Nobita pasti selalu merengek kepada Doraemon untuk bisa melebihinya
menggunakan alat masa depan.
Di kesempatan lain, Nobita selalu ingin berbuat
curang! Salah satunya pada saat diberikan alat Doraemon untuk pena yang
selalu menjawab benar. Alih-alih hanya menggunakannya pada saat
mengerjakan PR, Nobita malah menggunakannya untuk ujian.
Karakter Nobita ini sepertinya cocok dengan gejala penyakit psikosis atau lebih dikenal dengan sakit jiwa. Di mana ciri cirinya sudah disebutkan dalam beberapa kejadian sebelumnya.
3
Paradoks Mesin Waktu
Paradoks mesin waktu adalah situasi paradoksal
yang terkait dengan perjalanan waktu. Situasi ini muncul karena timbul
pertanyaan, apa yang terjadi jika ada penjelajah waktu yang pergi ke
masa lalu untuk mengubah kejadian yang terkait dengan keberadaan
dirinya. Contohnya adalah apa mungkin seorang penjelajah waktu kembali
ke masa lalu untuk membunuh orang tuanya sendiri.
Di Doraemon sendiri, tema ini menjadi plot utama
yang mendasari seluruh jalan cerita. Doraemon sendiri merupakan robot
canggih dari abad 22 yang dikirim oleh cucu dari cucu Nobita, Sewashi.
Tujuan dari pengiriman Doraemon tidak lain adalah untuk membuat Nobita
bahagia, salah satunya dengan membantunya mengubah masa depan yang tidak
menyenangkan.
Salah satu masa depan berubah adalah Nobita
tidak jadi menikah dengan Jaiko, namun dengan Shizuka. Dengan demikian
muncul pertanyaan, jika Nobita menikah dengan Shizuka, lalu bagaimana
nasib Sewashi? Padahal Sewashi sendiri harusnya merupakan keturunan dari
Nobita dan Jaiko.
Beberapa edisi manga selanjutnya menjelaskan bahwa Sewashi sendiri masih ada, bahkan membawa Dorami ke
zaman Nobita melalui mesin waktu. Lalu apa yang terjadi, bagaimana
mungkin Sewashi masih ada, padahal Nobita menikah dengan orang lain?
Satu satu kemungkinan yang terjadi adalah alur
waktu yang dialami Sewashi dan Nobita bercabang, alias paralel, sehingga
jikapun sejarah Nobita berubah, jalan sejarah Sewashi juga tidak akan
terpengaruh. Jika ini yang terjadi maka jalan cerita Doraemon mengikuti
teori alam semesta paralel.
Para ilmuwan pendukung hipotesa bahwa alam semesta paralel sendiri cukup terkenal, diantaranya Stephen Hawking dalam beberapa karyanya. Dalam
teorinya Hawking mengatakan bahwa alur waktu bukan seperti sungai namun
seperti jaringan dengan banyak percabangan dan kemungkinan. Masing
masing kemungkinan kemudian membentuk alam semesta baru.
Namun demikian, harusnya Sewashi tidak ada
gunanya kembali ke masa lalu untuk membantu Nobita. Toh kalaupun tidak
dibantu, dirinya pun tidak terpengaruh.
4
Paradoks Mesin Waktu (Lagi)
Walau sudah dijelaskan pada butir sebelumnya
bahwa hadirnya Doraemon tidak mengubah masa depan, rupanya teori dan
penjelasan ini tidak sejalan dengan film terbaru Doraemon Stand By Me.
Kita bisa perhatikan kondisi kota yang diusung
pada saat Nobita melamar Shizuka nampak bahwa perkembangan teknologi
sudah sedemikian maju.
Padahal pada saat Nobita masih di sekolah dasar,
sepertinya perkembangan teknologi masih setara dengan tahun 80 an,
bahkan 70-an. Lalu apa yang mungkin terjadi dalam masa yang hanya
belasan tahun itu. Rasanya ada dua kemungkinan yang masuk diakal.
Kemungkinan yang pertama adalah ada intervensi
alien, sehingga perkembangan teknologi sangat cepat dalam masa 20 tahun
tersebut. Kemungkinan kedua adalah hadirnya Doraemon dengan gadget
ajaibnya mengakselerasi perkembangan teknologi umat manusia.
Jika berasumsi ternyata kemungkinan kedua yang
terjadi, maka kehadiran Doraemon dapat mengubah jalannya sejarah. Dengan
demikian karena kedua versi cerita tersebut resmi, maka satu satunya
kemungkinan adalah alam semesta Doraemon selain bercabang juga linier.
Dengan teori alam semesta serumit ini, bisa jadi semesta Doraemon ternyata hanyalah program komputer yang memungkinkan perbedaan dengan teori fisika apapun.
5
Pesan Moral Yang Diusung Sulit Dipahami
Dalam setiap akhir cerita Doraemon, Nobita
seringkali mendapatkan “pelajaran” dari keusilannya saat menggunakan
alat masa depan. Namun anehnya Nobita selalu mengulang kesalahan yang
sama, yaitu menyalahgunakan alat dari Doraemon di kesempatan lain.
Bahkan seringkali sampai merepotkan orang banyak.
Tentunya melihat kejadian ini pesan moral yang
diusung cukup sulit dipahami. Karena walaupun Nobita selalu dihukum,
tapi dia tetap boleh mengulang kesalahan yang sama.
Apakah sebenarnya yang terjadi? Apakah Nobita
tidak belajar dari pengalaman ini? apakah Doraemon yang tidak membantu
Nobita dengan mengajarkan hal yang benar? Lalu, apakah orangtuanya diam
saja melihat keadian ini? Entahlah, yang jelas premis ini selalu diulang
ulang, bahkan sampai film Doraemon paling baru Stand By Me.
Sepertinya, karena kompleksnya pesan moral di cerita Doraemon, hanya orang lebih dewasa yang dapat memahami.sumber: http://www.duniaku.net/2015/01/04/5-alasan-kenapa-doraemon-jelas-bukan-untuk-anak-kecil/
0 komentar:
Posting Komentar