Tidak sedikit penggemar franchise James Bond 007 yang setiap kali menonton film James Bond selalu mengharapkan melihat James Bond menggunakan berbagai gadget-nya
yang serba super canggih (ciptaan Q), di dalam aksi-aksinya memberantas
kejahatan. Seperti, arloji, cincin, kopor, ponsel, kacamata, pena, dan
lain-lain yang berfungsi sebagai senjata rahasia Bond. Mobilnya, selain
anti peluru, juga dilengkapi dengan berbagai senjata, seperti senapan
mesin, meriam, sampai alat peluncur roket. Semua itu ada di setiap film
James Bond sejak seri pertamanya, Dr. No (1962).
Tetapi sejak Daniel Craig mengganti Pierce Brosnan sebagi James Bond, diawali dengan Casino Royale (2006), diikuti dengan dua sequel berikutnya, Quantum of Solace (2008), dan yang terbaru, Skyfall (2012), semua gadget dan mobil serba super canggih itu tidak kelihatan lagi.
Di Casino Royale dan Quantum of Solace, pencipta peralatan serba canggih untuk agen-agen MI-6, khususnya Bond itu, yakni Q, bahkan tidak tampak sama sekali.
Ketika pertamakali melihat Q-baru muncul di trailer film Skyfall, para penggemarnya kembali berharap akan melihat pertunjukan Bond beraksi dengan gadget-gadget canggihnya itu. Tetapi, setelah menonton filmnya, apa yang diharapkan itu tidak menjadi kenyataan. Di Skyfall, agen rahasia MI-6 dengan kode 007 dari Inggris itu tetap tidak mengandalkan lagi gadet-gadget seperti
itu. Tidak ada juga mobil yang bisa berubah menjadi mobil tempur
canggih seperti di film-film James Bond sebelum diperankan oleh Daniel
Craig. Yang ada malah Aston Martin DB5, mobil yang pernah dipakai Bond di Goldfinger (1964), dan hanya merupakan mobil biasa seperti mobil pada umumnya.
Seolah-olah mewakili hasrat penggemarnya, di Skyfall
ada adegan ketika Bond pertamakali bertemu dengan seorang anak muda
yang tampangnya seperti mahasiswa kutu buku yang baru lulus kuliah, yang
semula dipandang remeh Bond, ternyata adalah Q (diperankan oleh Ben
Whishaw). Pada saat itu Q hanya menyerahkan kepada Bond dua peralatan,
yakni sebuah pistol yang hanya bisa menembak ketika digunakan Bond
sendiri, dan sebuah pemancar mini. Peralatan-peralatan yang bukan
istimewa, karena teknologi umum pun bisa membuat peralatan seperti itu.
Bond sempat protes, karena hanya
mendapat peralatan seperti itu. Maka, Q pun menjawabnya, “Maksudmu, pena
yang bisa meledak? Maaf, kami tidak membuatnya lagi.”
Nah, rupanya itulah jawaban yang
hendak diberikan kepada para penggemar Bond, bahwa mulai sekarang,
jangan lagi mengharapkan Bond akan beraksi dengan mengandalkan gadget
serba super canggih seperti di film-film lawasnya. Yang sebenarnya
disadari bahwa dengan semakin sering Bond menggunakan peralatan serba
super canggih itu, semakin menutup pesonanya sebagai seorang agen
rahasia yang serba tangguh. Seolah-olah Bond hanya bisa jago kalau ada gadget-gadget itu. Tanpa gadet-gadget itu Bond lumpuh.
Semakin canggih, bahkan menjurus pada tidak masuk akal gadget
supercanggih yang dipakai Bond, semakin menghilangkan pesona bukan saja
sosok Bond, tetapi juga film itu secara keseluruhan. Bisa memberi kesan
film James Bond itu seperti film-film fantasi saja, tidak masuk akal
ala film-film superhero, yang hanya asyik di adegan-adegan aksinya,
tetapi tidak mungkin ada di dunia nyata.
Kecenderungan ini sempat muncul di film James Bond ke-20, Die Another Day
(2002), yang merupakan film terakhir Pierce Brosnan sebagai James Bond.
Di film ini, saking super canggihnya mobil Bond, sampai-sampai mobil
tersebut bisa menghilang dari pandangan mata! Dia bisa menghilang dan
muncul lagi hanya dengan menekan remote control yang dipegang
Bond. Mengingatkan kita pada film serial anak-anak/remaja, Harry Potter.
Di film tersebut ada jubah sihir yang apabila dikenakan, pemakainya
langsung menghilang dari pandangan mata. Ketika itu ada yang sampai
curiga, jangan-jangan mobil Bond yang bisa menghilang itu terinsipirasi
dari jubah Harry Potter itu.
Jadi, mulai sekarang, tampaknya
para penggemar film James Bond jangan lagi terlalu mengharap bahwa di
film-film James Bond selanjutnya akan muncul Bond dengan gadget-gadget
super canggih itu. Sekarang, Bond dibawa ke dunia nyata, bagaimana
realistisnya seorang agen rahasia yang tangguh. Yang menggandalkan
kehebatannya dari ilmu spionasenya, staminanya dan ilmu bela dirinya.
Sedangkan peralatan-peralatan canggih yang ada hanyalah sebagai
penopang, yang kecanggihannya pun memang bisa dibuat di dalam dunia
nyata.
Dengan sosok dan kondisi seperti
inilah, sebenarnya kita dapat lebih merasakan kehadiran Bond yang
“sesungguhnya” dengan segala pesona yang datang dari dirinya sendiri,
bukan dari gadget-gadget super canggihnya itu. Seperti yang mulai kita rasakan sejak Casino Royale sampai dengan Skyfall kini.
Tidak seperti film-film James Bond sebelumnya, yang menghadirkan sosok penjahatnya yang ingin menguasai dunia, pada Skyfall,
penjahatnya justru datang dari eks-agen rahasia MI-6 yang menyimpan
dendam kesumat kepada mantan atasannya, M (Judi Dench). Satu-satunya
misi Raoul Silva (diperankan dengan sangat baik oleh Javier Bardem),
penjahat itu adalah melampiaskan dendamnya kepada M yang dianggap paling
bertanggung jawab atas penderitaan yang pernah dialaminya, dengan
membunuh M.
Fokus cerita Skyfall adalah pada hubungan antara Raoul Silva, M, dan James Bond.
Raoul Silva mempunyai kemampuan
spionase setara bahkan melebihi James Bond, karena juga menguasai
kecanggihan teknologi komputer seperti Q. Hanya dengan berkoloborasi
dengan Q-lah Bond bisa menandingi kehebatan Raoul Silva yang sudah
berubah menjadi manusia pembunuh psikopat ala Hannibal Hecter, eks
spionase dengan keahlian setara dengan James Bond, dengan otak encer
sejenius Q, yang tak akan berhenti sebelum bisa membunuh M.
Sedangkan hubungan antara James Bond dengan M diungkapkan secara mendetail di film ini. Inilah yang membuat Skyfall
adalah satu-satunya film Bond yang terasa begitu manusiawi dan
istimewa, karena dalam makna ceritanya. Setelah film ini selesai kita
tonton, kesan mendalamnya cerita masih terasa sampai beberapa hari
kemudian. Inilah film Bond pertama yang membuat kita ikut merenung
tentang makna hakiki hubungan bathin antarmanusia.
Selama ini yang kita tahu hanyalah
kehebatan James Bond, sikapnya yang tanpa kompromi membasmi kejahatan,
sangat keras dan brutal di tangan Craig, maka si Sky Fall-lah
kita saksikan bahwa Bond juga adalah manusia biasa, yang mempunyai masa
lalu/kecil yang kelam, luka bathin, mempunyai perasaan kasih terhadap
sesama manusia (terutama sekali kepada M), dan sebagainya.
Skyfall juga adalah satu-satunya film Bond yang bisa membuat penontonnya tegang di kursinya masing-masing ala film thriller atau suspense.
Merasakan ketegangan demi ketegangan ketika Silva semakin dekat dengan
M, muka dengan muka, untuk bisa membunuhnya. Apakah akhirnya Silva
berhasil membunuh M? Jangan anda mengira film ini ending-nya akan sama dengan film-film Hollywood pada umumnya.
Kalau film-film James Bond sebelumnya “hanya” pamer kecanggihan teknologi gadget, komputer, dan teknologi spionase, serta aksi laga nan selalu seru luar biasa, perempuan-perempuan cantik dan seksi (Bond’s Girls), vodka Martini (minuman kegemaran Bond), maka di Skyfall kesan
tersebut “tergerus” oleh sisi manusiawi para tokoh utamanya. Baik itu
James Bond, M, maupun si penjahat Raoul Silva. Meskipun demikian,
hal-hal itu yang menjadi ciri khas Bond tidak hilang di film ini.
Betapa pilunya hubungan masa lalu
antara M dengan bekas anak buahnya itu, Raoul Silva, yang setelah hilang
sekian lama, muncul menjadi penjahat psikopat yang menyimpan dendam
luar biasa kepada M. Sehingga demi melampiaskan dendamnya kepada M, dia
mengobrak-abrik sitem pertahanan dan keamanan markas MI-6. Mengungkapkan
data yang sangat rahasia dari agen-agen MI-6 yang sedang menyamar di
sarang-sarang teroris dan penjahat lainnya. Membuat MI-6 terpaksa
memindahkan markasnya ke tempat rahasia yang ternyata justru diinginkan
Silva untuk memperlancarkan misinya itu.
Kemudian hubungan M dengan James
Bond yang ternyata begitu sangat dekat, seperti hubungan antara seorang
ibu dengan anaknya yang saling mengasihi. Terungkap pula masa kecil Bond
yang ternyata adalah anak yatim-piatu dengan kehidupan yang kelam.
M-lah yang mengrekrut Bond menjadi agen MI-6, yang kemudian menjadi agen
dengan kode 007 yang sangat tangguh luar biasa.
Dengan dasar ikatan dan hubungan
bathin seperti ibu dengan anak itulah yang membuat Bond sangat mengasihi
dan setia kepada M. Maka, tidak heran Bond pun mati-matian bertarung
dengan Silva demi melindungi M. Sampai membawa mereka ke pertarungan
terakhir, yang paling seru dan mati-matian di tanah kelahiran Bond, di
Skyfall.
Tidak juga seperti film Bond
lainnya, di akhir film ini ada dua kejutan “kecil”, namun sangat berarti
untuk film Bond baru selanjutnya. Salah satunya tentang M, yang pernah
saya tulis di Kompasiana, dengan judul artikel James Bond Klasik Telah Kembali. Sedangkan satunya lagi adalah kemunculan salah satu karakter ciri khas di film James Bond, yang sebelumnya tidak ada Casino Royal dan Quantum of Sollace.
Akhir kata, pesan saya buat penggemar film-film aksi dan film-film drama dengan makna ceritanya yang dalam, menonton Skyfall merupakan kewajiban bagi anda semua. Ini adalah fakta.
Indonesia adalah salah satu negara yang mendapat “kehormatan” untuk memutar Skyfall lebih dulu (01 November 2012), daripada Amerika Serikat, yang baru mulai memutar film ini untuk umum pada 9 November 2012.***
sumber: http://hiburan.kompasiana.com/film/2012/11/07/skyfall-film-james-bond-yang-paling-manusiawi-dan-berkesan-507134.html
0 komentar:
Posting Komentar