Mengenal Siapa Itu Ya’juj Dan Ma’juj | Kemunculan sebuah bangsa yang akan menciptakan kekacauan
serta kerusakan di muka bumi telah ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala
sebagai salah satu penanda kiamat besar. Siapakah dan bagaimanakah mereka?
Di dalam beberapa hadits tentang tanda-tanda hari kiamat kubra, disebutkan ada
sepuluh tanda hari kiamat. Di antaranya adalah keluarnya Ya`juj dan Ma`juj.
Berita tentang keluarnya Ya`juj dan Ma`juj bukan hanya mutawatir, bahkan
disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 96-97:
حَتَّى إِذَا
فُتِحَتْ
يَأْجُوجُ
وَمَأْجُوجُ
وَهُمْ مِنْ
كُلِّ حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ.
وَاقْتَرَبَ
الْوَعْدُ
الْحَقُّ
فَإِذَا هِيَ
شَاخِصَةٌ
أَبْصَارُ
الَّذِينَ
كَفَرُوا
يَاوَيْلَنَا
قَدْ كُنَّا
فِي غَفْلَةٍ
مِنْ هَذَا
بَلْ كُنَّا
ظَالِمِينَ.
Hingga apabila dibukakan (dinding) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka turun dengan
cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah datangnya janji yang
benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang yang
kafir. (Mereka berkata): “Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami dalam
kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang dzalim.”
Ibnu Katsir rahimahullahu menerangkan: mereka adalah dari keturunan Adam
‘alaihissalam dari keturunan Nabi Nuh ‘alaihissalam, dari anak keturunan
Yafits yakni nenek moyang bangsa Turki yang terisolir oleh benteng tinggi yang
dibangun oleh Dzulqarnain. Sedangkan makna “min kulli hadabin yansilun” diterangkan oleh Ibnu Katsir
rahimahullahu: yakni turun dari tempat-tempat yang tinggi dengan cepat dengan
membuat kerusakan.
Demikian pula disebutkan dalam surat Al-Kahfi ayat 94:
قَالُوا
يَاذَا
الْقَرْنَيْنِ
إِنَّ
يَأْجُوجَ
وَمَأْجُوجَ
مُفْسِدُونَ
فِي
اْلأَرْضِ
فَهَلْ
نَجْعَلُ
لَكَ خَرْجًا
عَلَى أَنْ
تَجْعَلَ
بَيْنَنَا
وَبَيْنَهُمْ
سَدًّا
“Wahai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj wa Ma`juj merusak di muka bumi, kami
akan siapkan imbalan yang besar agar kiranya engkau membuatkan benteng antara
kami dengan mereka.”
Adapun kalimat yang menunjukkan bahwa runtuhnya benteng Dzulqarnain dan
keluarnya Ya`juj wa Ma`juj sebagai tanda dekatnya hari kiamat adalah ucapan
Allah Subhanahu wa Ta’ala pada ayat ke-98:
هَذَا
رَحْمَةٌ
مِنْ رَبِّي
فَإِذَا
جَاءَ وَعْدُ
رَبِّي
جَعَلَهُ
دَكَّاءَ
“Ini adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabb-ku Dia
akan menjadikannya hancur luluh…..”
Ibnu Katsir rahimahullahu menyatakan: “Ini adalah dalil yang menunjukkan bahwa
mereka tidak akan bisa melubanginya sedikitpun…”
Sedangkan makna “Jika datang janji Rabbku” adalah: Jika telah dekat hari
kiamat, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan runtuhkan benteng tersebut. Demikian
dikatakan oleh Ibnu Katsir rahimahullahu.
Ya`juj wa Ma`juj dari keturunan Adam ‘alaihissalam
Ya’juj dan Ma’juj adalah dari jenis manusia keturunan
Adam ‘alaihissalam. Tidak seperti yang digambarkan oleh sebagian orang bahwa
mereka bukanlah dari keturunan manusia. Hanya saja mereka adalah orang-orang
yang merusak serta memiliki sifat dan perangai yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
takdirkan kepada mereka tidak seperti manusia pada umumnya.
Dalil yang menunjukkan bahwa mereka dari jenis manusia keturunan Adam
‘alaihissalam adalah apa yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dalam Kitabul
Anbiya’ bab Qishah Ya’juj dan Ma’juj, dari Abu Sa’id Al-Khudri
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ
رَضِي اللهُ
عَنْهُ عَنِ
النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
قَالَ:
يَقُولُ
اللهُ
تَعَالَى: يَا
آدَمُ.
فَيَقُولُ:
لَبَّيْكَ
وَسَعْدَيْكَ
وَالْخَيْرُ
فِي يَدَيْكَ.
فَيَقُولُ:
أَخْرِجْ
بَعْثَ
النَّارِ.
قَالَ: وَمَا
بَعْثُ
النَّارِ؟
قَالَ: مِنْ
كُلِّ أَلْفٍ
تِسْعَ
مِائَةٍ
وَتِسْعَةً
وَتِسْعِينَ
فَعِنْدَهُ
يَشِيبُ
الصَّغِيرُ
وَتَضَعُ
كُلُّ ذَاتِ
حَمْلٍ
حَمْلَهَا
وَتَرَى
النَّاسَ
سُكَارَى
وَمَا هُمْ
بِسُكَارَى
وَلَكِنَّ
عَذَابَ
اللَّهِ
شَدِيدٌ ﭼ.
قَالُوا: يَا
رَسُولَ
اللَّهِ
وَأَيُّنَا
ذَلِكَ
الْوَاحِدُ؟
قَالَ:
أَبْشِرُوا
فَإِنَّ
مِنْكُمْ
رَجُلًا
وَمِنْ
يَأْجُوجَ
وَمَأْجُوجَ
أَلْفًا …
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Adam: “Wahai Adam.” Maka Adam
menjawab: “Labbaika wa sa’daika wal khairu fi yadaika (Aku sambut
panggilan-Mu dengan senang hati dan kebaikan semuanya di tangan-Mu).” Kemudian
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Keluarkan utusan (penghuni) neraka.”
Maka Adam bertanya: “Apa itu utusan (penghuni) neraka?” Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman: “Mereka dari setiap seribu orang, sembilan ratus sembilan
puluh sembilan orang!” Maka ketika itu anak kecil menjadi beruban, setiap yang
hamil melahirkan apa yang dikandungnya, dan kamu lihat orang-orang seakan-akan
mabuk padahal mereka tidak mabuk, tetapi karena adzab Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang sangat keras. Kemudian para shahabat bertanya: “Siapa satu yang
selamat dari kita itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab:
“Bergembiralah, sesungguhnya penghuni neraka itu dari kalian satu dan dari
Ya’juj dan Ma’juj seribu….” (HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari, juz 6
hal. 382)
Dari hadits di atas kita dapatkan beberapa faedah:
Pertama: Ya’juj dan Ma’juj adalah calon penghuni neraka.
Kedua: jumlah Ya’juj dan Ma’juj sangat besar.
Ketiga: bahwa Ya’juj dan Ma’juj dari jenis manusia keturunan Adam.
Sifat-sifat Ya`juj dan Ma`juj
Walaupun mereka dari jenis manusia keturunan Adam, namun
mereka memiliki sifat khas yang berbeda dari manusia biasa. Ciri utama mereka
adalah perusak dan jumlah mereka yang sangat besar sehingga ketika mereka turun
dari gunung seakan-akan air bah yang mengalir, tidak pandai berbicara dan tidak
fasih, bermata kecil (sipit), berhidung kecil, lebar mukanya, merah warna
kulitnya seakan-akan wajahnya seperti perisai dan sifat-sifat lain.
Disebutkan dalam riwayat Al-Imam Ahmad rahimahullahu, dari Ibnu Harmalah, dari
bibinya, dia berkata:
خَطَبَ
رَسُولُ
اللَّهِ
صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
وَهُوَ
عَاصِبٌ
إِصْبَعَهُ
مِنْ
لَدْغَةِ
عَقْرَبٍ
فَقَالَ:
إِنَّكُمْ
تَقُولُونَ
لاَ عَدُوَّ
وَإِنَّكُمْ
لاَ
تَزَالُونَ
تُقَاتِلُونَ
عَدُوًّا
حَتَّى
يَأْتِيَ
يَأْجُوجُ
وَمَأْجُوجُ
عِرَاضُ
الْوُجُوهِ
صِغَارُ
الْعُيُونِ
شُهْبُ
الشِّعَافِ
مِنْ كُلِّ
حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ
كَأَنَّ
وُجُوهَهُمُ
الْمَجَانُّ
الْمُطْرَقَةُ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhutbah dalam keadaan jarinya
terbalut karena tersengat kalajengking. Beliau bersabda: “Kalian mengatakan
tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kalian akan terus memerangi musuh sampai
datangnya Ya’juj dan Ma’juj, lebar mukanya, kecil (sipit) matanya, dan ada
warna putih di rambut atas. Mereka mengalir dari tempat-tempat yang tinggi,
seakan-akan wajah-wajah mereka seperti perisai.” (HR. Ahmad)
Ya`juj dan Ma`juj Sudah Ada Sekarang
Ya`juj dan Ma`juj sudah ada dan terus dalam keadaan
turun-temurun (beranak pinak), tidak meninggal satu orang dari mereka, kecuali
lahir seribu orang lebih. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abdullah bin
‘Amr radhiyallahu ‘anhuma yang diriwayatkan Al-Hakim rahimahullahu dalam
Mustadrak-nya.
Namun alhamdulillah Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bentengi mereka dari kita,
yaitu dengan sebab menakdirkan munculnya Dzulqarnain yang dengan kemampuannya
membuat benteng yang terbuat dari besi dan tembaga.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ
أَتْبَعَ
سَبَبًا.
حَتَّى إِذَا
بَلَغَ
بَيْنَ
السَّدَّيْنِ
وَجَدَ مِنْ
دُونِهِمَا
قَوْمًا لاَ
يَكَادُونَ
يَفْقَهُونَ
قَوْلاً.
قَالُوا
يَاذَا
الْقَرْنَيْنِ
إِنَّ
يَأْجُوجَ
وَمَأْجُوجَ
مُفْسِدُونَ
فِي
اْلأَرْضِ
فَهَلْ
نَجْعَلُ
لَكَ خَرْجًا
عَلَى أَنْ
تَجْعَلَ
بَيْنَنَا
وَبَيْنَهُمْ
سَدًّا. قَالَ
مَا
مَكَّنِّي
فِيهِ رَبِّي
خَيْرٌ
فَأَعِينُونِي
بِقُوَّةٍ
أَجْعَلْ
بَيْنَكُمْ
وَبَيْنَهُمْ
رَدْمًا.
آتُونِي
زُبَرَ
الْحَدِيدِ
حَتَّى إِذَا
سَاوَى
بَيْنَ
الصَّدَفَيْنِ
قَالَ
انْفُخُوا
حَتَّى إِذَا
جَعَلَهُ
نَارًا قَالَ
ءَاتُونِي
أُفْرِغْ
عَلَيْهِ
قِطْرًا.
فَمَا
اسْطَاعُوا
أَنْ
يَظْهَرُوهُ
وَمَا
اسْتَطَاعُوا
لَهُ نَقْبًا.
قَالَ هَذَا
رَحْمَةٌ
مِنْ رَبِّي
فَإِذَا
جَاءَ وَعْدُ
رَبِّي
جَعَلَهُ
دَكَّاءَ
وَكَانَ
وَعْدُ
رَبِّي
حَقًّا
“Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah
sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan keduanya, suatu kaum
yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai Dzulqarnain,
sesungguhnya Ya`juj dan Ma`juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka
bumi, maka dapatkah kami memberikan suatu pembayaran kepadamu, supaya kamu
membuat dinding antara kami dan mereka?’ Dzulqarnain berkata: ‘Apa yang
telah dikuasakan oleh Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka
tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan
dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.’ Hingga
apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah
Dzulqarnain: ‘Tiuplah (api itu).’ Hingga apabila besi itu sudah menjadi
(merah seperti) api, diapun berkata: ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar
kutuangkan ke atas besi panas itu.’ Maka mereka tidak bisa mendakinya dan
mereka tidak bisa (pula) melubanginya. Dzulqarnain berkata: ‘Ini (dinding)
adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabb-ku Dia akan
menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar’.” (Al-Kahfi:
92-98)
Kesombongan Ya`juj dan Ma`juj
Ya`juj dan Ma`juj ketika keluar tidaklah melewati sesuatu
kecuali dirusaknya. Tidaklah melewati danau kecuali meminumnya hingga habis.
Tidaklah mendapati manusia kecuali dibunuhnya sampai ketika mereka merasa menang
membantai seluruh penduduk bumi, mereka menantang penduduk langit. Inilah
kesombongan yang luar biasa dari Ya`juj wa Ma`juj.
ثُمَّ
يَسِيرُونَ
حَتَّى
يَنْتَهُوا
إِلَى جَبَلِ
الْـخُمَرِ
وَهُوَ
جَبَلُ
بَيْتِ
الْمَقْدِسِ
فَيَقُولُونَ:
لَقَدْ
قَتَلْنَا
مَنْ فِي
اْلأَرْضِ
هَلُمَّ
فَلْنَقْتُلْ
مَنْ فِي
السَّمَاءِ.
فَيَرْمُونَ
بِنُشَّابِهِمْ
إِلَى
السَّمَاءِ
فَيَرُدُّ
اللهُ
عَلَيْهِمْ
نُشَّابَهُمْ
مَخْضُوبَةً
دَمًا
“Kemudian mereka berjalan dan berakhir di gunung Khumar, yaitu salah satu
gunung di Baitul Maqdis. Kemudian mereka berkata: “Kita telah membantai
penduduk bumi, mari kita membantai penduduk langit.” Maka mereka melemparkan
panah-panah dan tombak-tombak mereka ke langit. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala
kembalikan panah dan tombak-tombak mereka dalam keadaan berlumuran darah.”
(HR. Muslim dalam kitab Al-Fitan wa Asyrathus Sa’ah)
Yakni mereka mengira bahwa darah tersebut bukti kemenangan mereka melawan
penduduk langit. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala binasakan seluruhnya pada saat
puncak kesombongan mereka dalam waktu yang hampir bersamaan.
Binasanya Ya'juj dan Ma'juj dengan doa Nabi Isa ‘alaihissalam
Diriwayatkan dari An-Nawwas Ibni Sam’an radhiyallahu ‘anhu dalam hadits yang
panjang. Di antaranya sebagai berikut:
إِذْ أَوْحَى
اللهُ إِلَى
عِيسَى
إِنِّي قَدْ
أَخْرَجْتُ
عِبَادًا لِي
لاَ يَدَانِ
لِأَحَدٍ
بِقِتَالِهِمْ
فَحَرِّزْ
عِبَادِي
إِلَى
الطُّورِ
وَيَبْعَثُ
اللهُ
يَأْجُوجَ
وَمَأْجُوجَ
وَهُمْ مِنْ
كُلِّ حَدَبٍ
يَنْسِلُونَ
فَيَمُرُّ
أَوَائِلُهُمْ
عَلَى
بُحَيْرَةِ
طَبَرِيَّةَ
فَيَشْرَبُونَ
مَا فِيهَا
وَيَمُرُّ
آخِرُهُمْ
فَيَقُولُونَ
لَقَدْ كَانَ
بِهَذِهِ
مَرَّةً
مَاءٌ
وَيُحْصَرُ
نَبِيُّ
اللهِ عِيسَى
وَأَصْحَابُهُ
حَتَّى
يَكُونَ
رَأْسُ
الثَّوْرِ
لِأَحَدِهِمْ
خَيْرًا مِنْ
مِائَةِ
دِينَارٍ
لِأَحَدِكُمُ
الْيَوْمَ
فَيَرْغَبُ
نَبِيُّ
اللهِ عِيسَى
وَأَصْحَابُهُ
فَيُرْسِلُ
اللهُ
عَلَيْهِمُ
النَّغَفَ
فِي
رِقَابِهِمْ
فَيُصْبِحُونَ
فَرْسَى
كَمَوْتِ
نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ
ثُمَّ
يَهْبِطُ
نَبِيُّ
اللهِ عِيسَى
وَأَصْحَابُهُ
إِلَى
اْلأَرْضِ
فَلاَ
يَجِدُونَ
فِي
اْلأَرْضِ
مَوْضِعَ
شِبْرٍ
إِلاَّ
مَلَأَهُ
زَهَمُهُمْ
وَنَتْنُهُمْ
فَيَرْغَبُ
نَبِيُّ
اللهِ عِيسَى
وَأَصْحَابُهُ
إِلَى اللهِ
فَيُرْسِلُ
اللهُ
طَيْرًا
كَأَعْنَاقِ
الْبُخْتِ
فَتَحْمِلُهُمْ
فَتَطْرَحُهُمْ
حَيْثُ شَاءَ
اللهُ ثُمَّ
يُرْسِلُ
اللهُ
مَطَرًا لاَ
يَكُنُّ
مِنْهُ
بَيْتُ
مَدَرٍ وَلاَ
وَبَرٍ
فَيَغْسِلُ
اْلأَرْضَ
حَتَّى
يَتْرُكَهَا
كَالزَّلَفَةِ
ثُمَّ
يُقَالُ
لِلْأَرْضِ
أَنْبِتِي
ثَمَرَتَكِ
وَرُدِّي
بَرَكَتَكِ…
Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan kepada Isa ‘alaihissalam:
Sesungguhnya aku mengeluarkan hamba-hamba-Ku yang tidak ada kemampuan bagi
seorang pun untuk memeranginya. Maka biarkanlah mereka hamba-hamba-Ku menuju
Thuur. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala keluarkan Ya’juj dan Ma’juj dan
mereka mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi. Kemudian mereka melewati
danau Thabariyah1, dan meminum seluruh air yang ada padanya. Hingga ketika
barisan paling belakang mereka sampai di danau tersebut mereka berkata:
“Sungguh dahulu di sini masih ada airnya.” Ketika itu terkepunglah
Nabiyullah Isa ‘alaihissalam dan para sahabatnya. Hingga kepala sapi ketika
itu lebih berharga untuk mereka daripada seratus dinar kalian sekarang ini. Maka
Isa dan para sahabatnya berharap (berdoa) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengirim sejenis ulat yang menyerang leher
mereka.
Maka pagi harinya mereka seluruhnya binasa menjadi bangkai-bangkai dalam
waktu yang hampir bersamaan. Kemudian turunlah (dari gunung Thuur) Nabiyullah
Isa dan para sahabatnya, maka tidak didapati satu jengkal pun tempat kecuali
dipenuhi oleh bangkai dan bau busuk mereka. Maka Nabi Isa ‘alaihissalam pun
berharap (berdoa) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengirimkan burung-burung yang lehernya seperti unta, membawa
bangkai-bangkai mereka dan kemudian dilemparkan di tempat yang Allah Subhanahu
wa Ta’ala kehendaki2. Kemudian Allah kirimkan hujan yang tidak menyisakan satu
pun rumah maupun kemah, lalu membasahi bumi hingga menjadi licin. Kemudian
dikatakan kepada bumi itu: ‘Tumbuhkanlah buah-buahanmu dan kembalilah
berkahmu...” (HR. Muslim)
Wajib Beriman dengan berita Ya`juj wa Ma`juj
Berita tentang Ya`juj wa Ma`juj adalah berita dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, sehingga seorang muslim yang beriman wajib
menerimanya. Bukankah ciri-ciri orang yang bertakwa adalah beriman kepada hal
ghaib yang dikabarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya? Dan
termasuk hal yang ghaib adalah apa yang akan terjadi pada akhir zaman, termasuk
berita akan keluarnya Ya`juj wa Ma`juj?
Namun sebagian kaum muslimin, khususnya kaum Mu’tazilah dan para rasionalis
atau orang-orang yang terpengaruh oleh mereka, menolak berita-berita hadits yang
-menurut anggapan mereka- tidak masuk akal. Mereka menganggap hadits-hadits
tersebut hanya akan membuat orang lari dari Islam.
Ketika mereka mendengarkan hadits-hadits tentang diangkatnya Nabi Isa
‘alaihissalam dalam keadaan hidup, akan turunnya beliau pada akhir zaman,
berita tentang Dajjal -yang sudah ada wujudnya dalam keadaan terbelenggu- atau
tentang Ya`juj wa Ma`juj yang masih beranak-pinak dan terus menerus berupaya
untuk keluar dari benteng yang dibuat oleh Dzulqarnain, dan lain-lainnya. Mereka
benar-benar gelisah, panas dadanya seraya berkata: “Untuk apa hadits-hadits
seperti ini disampaikan. Hadits-hadits ini akan menjadikan manusia semakin jauh
dari Islam.” Mereka melontarkan olok-olok, celaan, dan berbagai macam ucapan
penolakan terhadap hadits-hadits tersebut. Keadaan mereka ini persis seperti
yang dikatakan oleh para ulama tentang ahlul bid’ah:
Ahmad bin Sinan Al-Qaththan rahimahullahu berkata: ”Tidak ada di dunia ini
seorang mubtadi’ (ahli bid’ah) pun kecuali akan membenci ahlil hadits. Jika
seseorang mengada-adakan kebid’ahan niscaya akan dicabut kelezatan hadits dari
hatinya.” (Aqidatussalaf wa Ashhabul Hadits hal. 300)
Abu Nashr bin Sallam Al-Faqih rahimahullahu berkata: “Tidak ada sesuatu yang
lebih berat dan lebih dibenci bagi orang-orang mulhid (sesat) daripada
mendengarkan hadits dengan riwayat dan sanadnya.” (Aqidatus Salaf Ashhabil
Hadits hal. 302)
Penutup
Sebagai nasihat dan peringatan untuk kita dan seluruh kaum muslimin, kami
nukilkan beberapa ucapan para ulama dalam masalah ini:
Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullahu menyatakan: “Barangsiapa yang menolak
hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi sa wallam, maka dia berada di pinggir jurang
kehancuran.” (Thabaqat Al-Hanabilah, 2/11 dan Al-Ibanah, 1/269; lihat
Ta’zhimus Sunnah hal. 29)
Al-Imam Al-Barbahari rahimahullahu menegaskan: “Jika engkau mendengar
seseorang mencela riwayat-riwayat (yakni riwayat hadits yang shahih), menolaknya
atau menginginkan selainnya, maka curigailah keislamannya dan jangan ragu kalau
dia adalah pengekor hawa nafsu, ahlul bid’ah.” (Syarhus Sunnah hal. 51)
Abul Qashim Al-Ashbahani rahimahullahu menerangkan: Ahlus Sunnah dari kalangan
salaf berkata: “Barangsiapa mencerca riwayat-riwayat hadits, maka sepantasnya
untuk dituduh keislamannya.” (Al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah 2/248. Lihat
Ta’zhimus Sunnah, hal. 29)
Al-Imam Az-Zuhri rahimahullahu –imamnya para imam pada zamannya- berkata:
“Dari Allah Subhanahu wa Ta’ala keterangannya, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam yang menyampaikannya, maka kewajiban kita adalah
menerimanya.” (Aqidatus Salaf Ashhabil Hadits, hal. 249)
Beliau rahimahullahu berkata juga: “Diriwayatkan dari salaf bahwa kaki Islam
tidak akan kokoh, kecuali di atas fondasi at-taslim (yakni menerima dan tunduk
pada seluruh ucapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, pent.).”
(Aqidatus Salaf Ashhabul Hadits hal. 200). Wallahu a’lam.
1 Danau Tiberias/Galilea, terletak di wilayah pendudukan Yahudi, tepatnya di
barat daya Dataran Tinggi Golan. Merupakan sumber air tawar bagi warga
Yahudi-Israel.
2 Dalam riwayat lain, dilemparkan ke laut. (HR. Al-Hakim dalam Mustadrak-nya,
dan Al-Imam Ahmad dalam Musnad-nya)
Sumber : http://munsypedia.blogspot.com/